Maintenance


v PENGERTIAN MAINTENANCE
Maintenance menurut Sofyan Suari (2004) adalah pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Selain itu menurut  maintenance (Stephens, 2004 : 3)  merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti halnya dengan produksi. Hal ini dikarenakan apabila suatu perusahaan mempunyai mesin atau peralatan yang digunakan sebagai modal utama dalam pelaksanaan produksi, biasanya perusahaan tersebut selalu berusaha untuk tetap menjaga performa agar dapat mempergunakan mesin atau peralatan sehingga kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus mesin / peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan – kegiatan pemeliharaan yaitu :
1)     Kegiatan pengecekan.
2)     Meminyaki (lubrication).
3)     Perbaikan / reparasi atas kerusakan – kerusakan yang ada.
4)     Penyesuaian / penggantian spare part atau komponen.
Namun dalam suatu usaha untuk terus dapat menggunakan mesin atau peralatan agar kontinuitas produksi dapat terjamin harus dilakukan kegiatan pemeliharaan dan perawatan, baik secara rutin ataupun berkala dan secara menyeluruh atau pada titik-titik rawan rusak pada mesin.
Tidak sedikit perusahaan yang kurang mengedepankan kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin karena dianggap akan banyak memakan biaya, memakan waktu serta tenaga, dan menjadi suatu pengeluaran yang dianggap kurang menguntungkan perusahaan. Namun, jika ditilik lebih dalam dan ditinjau untuk jangka waktu yang lama pemeliharaan dan perawatan mesin yang efektif sangat dianjurkan untuk dilakukan. Karena kegiatan tersebut banyak kaitannya dengan masalah jalannya suatu produksi dalam menghasilkan produk, salah satu kaitannya dengan peningkatan produktivitas produksi.
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang efektif akan memiliki banyak manfaat, beberapa hal diantaranya:
1.    Proses produksi berjalan dengan lancer dan dapat memenuhi target kapasitas produksi perusahaan.
2.    Meminimalkan biaya kerusakan yang mungkin terjadi.
3.    Meminimalkan tingkat produk reject, sehingga produktivitas meningkat.
4.    Menambah usia pakai mesin dari yang seharusnya.
5.    Menjaga keselamatan pekerja dan lingkungan sekitar pabrik dari bahaya yang mungkin timbul dari kerusakan mesin
Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa maintenance adalah suatu upaya pemeliharaan terhadap suatu barang atau mesin yang digunakan secara terus menerus dan secara berkala perbaikan perlu dilakukan secara rutin dan kontinuitas produk dapat terjamin.
Selain itu maintenance memiliki tujuan yaitu Maintenance dilakukan bukan hanya untuk peremajaan sarana atau fasilitas saja. Tujuan pemeliharaan fasilitas adalah mendukung keunggulan bersaing yang diinginkan perusahaan, secara umum pemeliharaan berusaha menjaga agar sarana atau fasilitas selalu dalam kondisi siap pakai untuk proses produksi sesuai dengan rencana, dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut digunakan dalam proses produksi.
Pada dasarnya pemeliharaan fasilitas mesin merupakan suatu kegiatan yang mengarah pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional dari suatu sistem produksi, fungsional sistem produksi tersebut dirancang dan diharapkan akan menghasilkan produk sesuai dengan target yang direncanakan
v JENIS-JENIS MAINTENANCE
Pada maintenance itu terdapat 3 jenis maintenance yaitu :
A.     Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)
Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang terorganisir dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh Karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin / peralatan. Konsep planned maintenance ditujukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan pelaksanaan kegiatan maintemance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk mengambil keputusan.
Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan dan lain – lain. Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk pelaksanaan, yaitu:
Ø  Natural Deterioration
 yaitu disebut juga tindakan pencegahan atau overhaul, yaitu kegitaan pemeliharaan dan perawatan untuk mencegah kerusakan yang tak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas operasi lebih tepat.  Pemeliharaan prefentif apabila direncanakan dengan baik dapat mencegah terjadinya kegagalan atau kerusakan, sebab apabila terjadi kerusakan peralatan operasi dapat berakibat kemacetan produksi secara total. menurunnya kinerja mesin / peralatan secara alami akibat terjadi pemburukan / keausan pada fisik mesin / peralatan selama waktu pemakaian walaupun penggunaan secara benar.  

Ø  Accelerated Deterioration
yaitu menurunnya kinerja mesin / perlatan akibat kesalahan manusia (human error) sehingga dapat mempercepat keausan mesin / peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan terhadap mesin / peralatan.  

Ø   Predictive maintenance
adalah tindakan – tindakan maintenance yang dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu dapat berupa getaran, temperature, vibrasi, flow rate dan lain – lainnya. Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari operator di lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak akan merugikan perusahaan.

B.    Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)
Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown / emergency maintenance. Breakdown / emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah tindakan maintenance yang tidak dilakukan pada mesin / peralatan yang masih dapat beroperasi, sampai mesin / peralatan tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang umur dari mesin / perlatan dan dapat memeprkecil frekuensi kerusakan. 

C.    Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)
Autonomous maintenance atau pemeliharaan mandiri merupakan suatau untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin / peralatan melalui kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan oleh operator untuk memelihara mesin / peralatan yang mereka tangani sendiri. Pada pemeliharaan mandiri menggunakan prinsif  5S yang mendasari autonomous maintenance, yaitu:
·       Seiri (clearing up): Menyinkirkan benda – benda ynng tidak diperlukan.
·       Seiton (organizing): Menempatkan benda – benda yang diperlukan dengan rapi.
·       Seiso (cleaning): Membersihkan peralatan dan tempat kerja.
·       Seiketsu (standarizing): Membuat standar kebersihan, pelumasan dan inspeksi.
·       Shitsuke (training and discipline): Meningkatkan skill dan moral.

v MANFAAT  DARI  MAINTENANCE  

Manfaat dari adanya kegiatan pemeliharaan ( maintenance) antara lain :
1. Perbaikan terus-menerus. Kegiatan ini menjadi kajian yang penting dalam manajemen operasi, baik manufaktur maupun jasa, terutama pabrik-pabrik yang menggunakan mesin yang berputar dan beroperasi setiap saat.
2. Meningkatkan kapasitas. Dengan adanya perbaikan yang terus-menerus, maka tidak aka nada pengerjaan ulang / proses ulang, sehingga kapasitas akan meningkat.
3. Mengurangi persediaan. Karena tidak perlu ada tumpukan bahan baku yang harus disiapkan untuk melakukan produksi ulang.
4. Biaya operasi lebih rendah. Akibat kapasitas yang meningkat disertai dengan persediaan yang rendah, maka secara otomatis akan mengakibatkan biaya operasi lebih rendah. Tidak perlu penyimpanan bahan baku dan tidak perlu adanya biaya tambahan karena proses pengerjaan ulang.
5. Produktivitas lebih tinggi. Jika biaya operasi lebih rendah, maka dari rumus produktivitas adalah output/input akan diperoleh bahwa produktivitas akan lebih besar (dengan catatan output konstan). Tentunya produktivitas akan lebih besar lagi jika output semakin besar.
6. Meningkatkan kualitas. Akan tercipta cost advantage, artinya dengan kualitas yang sama baik, harga dapat ditetapkan menjadi lebih murah.
v PENERAPAN MAINTENANCE
Enam tahapan dalam penerapan Preventive Maintenance System :
1.     Adanya evaluasi dan catatan mutu tentang performa kerja dari alat dan mesin kerja saat ini
2.     Mengembalikan kehandalan mesin (seperti kondisi baru) dan peningkatan performa dengan menghilangkan titik kelemahan alat/mesin
3.     Kegiatan Preventive Maintenance System dengan menggunakan Computer System (IMS = information management system)
4.     Membuat Preventive Maintenance Schedule yang mencakup nama bagian/operasi, bagian mesin, lama perbaikan, team kerja, kesiapan spare-parts dan perkiraan biaya
5.     Menjalankan kegiatan Preditive Maintenance yang benar (Mesin, Alat, Jadwal kerja dan Teknik)
6.     Mengevaluasi ke-efektif-an kinerja Preventive Maintenance secara periodik
Contohnya penerapannya adalah pada kasus penerapan preventive maintenance dengan menggunakan motode reliability centered maintenance dengan mengaplikasikan Grey Fmea pada PT.WXY, yang dimana  PT. WXY adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan fruit cages (lori). Kendala yangdihadapi PT.WXY adalah terganggunya proses produksi yang disebabkan oleh kerusakan pada komponenmesin yang beresiko tingginya angka downtime. Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan metodeReliability Centered Maintenance (RCM) yang mengaplikasikan Grey FMEA dalam menentukan prioritasperbaikan sehingga diperoleh perencanaan perawatan yang lebih optimal. Diagram pareto digunakan untukmenentukan mesin yang paling kritis pada metode RCM. Hasil diagram pareto diperoleh mesin bor magnetmerupakan sistem yang paling kritis. Komponen yang terdapat dalam mesin bor magnet adalah saklarmagnet, spindle, spindle sleeve, drilling chuck, motor NFA03LG-011, radial ball bearing, v-belt, dan pulley.Selanjutnya hasil penerapan Reliability Centered Maintenance dengan mengaplikasikan Grey FMEA diperolehkomponen yang harus dirawat secara terjadwal (time directed) adalah spindle dengan jadwal perawatan 33hari, motor NFA03LG-011 dengan jadwal perawatan 36 hari, radial ball bearing dengan jadwal perawatan 43hari, dan v-belt dengan jadwal perawatan 42 hari. Perawatan komponen yang tidak terjadwal (conditiondirected) adalah saklar magnet, spindle sleeve, drilling chuck, dan pulley. Penerapan metode RCM denganmelakukan simulasi terhadap distribusi kerusakan diperoleh penurunan downtime sebesar 20.56%.
Yang dimana Reability itu sendiri adalah Pemeliharaan akan menyebabkan keterandalan, keterandalan akan menyebabkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Untuk mengelola masing-masing komponen, maka teknik yang digunakan adalah :
Meningkatkan komponen individual
Untuk mengukur keandalan di sebuah sistem di mana setiap komponen atau individu mungkin hanya memiliki tingkat keandalan tersendiri, digunakan metode perhitungan keandalan sistem (Rs) sangat sederhana. Perhitungan ini mencoba menemukan hasil kali dari keandalan individu sebagai berikut:
Rs = R1 x R2 x R3 x … x Rn ..…(1)
Dengan asumsi bahwa keandalan sebuah komponen individu tidak bergantung pada keandalan komponen yang lain (setiap komponen berdiri sendiri).
Keterandalan juga dapat diartikan sebagai peluang yang berfungsi dalam waktu yang telah ditentukan. Ukuran keterandalan yang paling sering dilakukan adalah tingkat kegagalan produk ( product failure rate / FR). Perusahaan yang memproduksi peralatan berteknologi tinggi sering menyediakan data tingkat kegagalan produk mereka.
FR (%) = (Jumlah unit yang rusak/Jumlah unit yang diuji) x 100% ..…(2)
atau
FR (N) = Jumlah unit yang rusak/Jumlah unit-jam waktu operasi …..(3)
Juga menggunakan waktu rata-rata antara kegagalan ( mean time between failures / MTBF), yaitu waktu yang diharapkan di antara perbaikan dan kegagalan komponen, mesin, proses, atau produk yang berikutnya.
MTBF = 1 / FR (N) …..(4)
Menetapkan Redundancy





 Source :


Komentar

Postingan Populer